15. Oooopppsss...Rahasia

Rabu, 10 Juni 2009 |

Matahari semakin meninggi, dan kulit kami berdua sudah mulai gosong. Akhirnya aku dan Ad, memutuskan untuk mentas dari kolam renang, dan kembali ke kamar.

"Kamu mau mandi sekarang, Ad?"

"Hmmmm, ditemenin kamu?"

"Sembarangan ngomong!"

"Heheheheh, iya, aku mau mandi sekarang."

"Aku siapin handuknya dulu ya."

"Gak perlu, pake yang tadi aku pake aja. Nanti kamu nyucinya repot."

"Oh, ya sudah."

"Aku pake kamar mandi luar aja, Nis. Kamu juga mau mandi 'kan?"

"Yup."

Kami pun akhirnya mandi, sayangnya masih tidak boleh di satu kamar mandi yang sama, dan pada waktu yang sama pula. Bukan tidak boleh, tapi aku yakin kami berdua sama-sama mengontrol diri.

"Heh, bego kumatnya...ngomong apa sih loe, Nis?!"

Seperti biasa, aku hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit untuk mandi.

Bebarengan dengan aku membuka pintu kamar mandi di kamarku, aku sudah mencium aroma masakan lezat dari arah luar.

"Hah, jangan-jangan Ad masak."

Hanya perlu empat, lima langkah saja, aku sudah sampai ke ruang makan, dan sugah disuguhi pemandangan serta aroma lezat dari kornet telur goreng kesukaanku, teh manis hangat, dan sepiring nasi yang sudah terhidang di atas meja makan.

"Eh, kok kamu tahu aku suka ini semua?"

"Ada deee."

"Tahu dari mana? Ini makanan favoritku, kalau di rumah lagi gak ada makanan dan aku malas masak."

"I just know it, Hon. Ya udah, makan siang dulu, yuk."

"Kenapa gak makan masakan dari Tante Yuki?"

"Buat makan malem aja ya."

"Kamu di sini sampai malam?"

"Iya donk, nemenin kamu."

"Memang ada yang ngijinin?"

"Gak boleh ya?"

"Gak."

"Gak peduli."

"Sial!"

"Itadakimasu."

"Selamat makan juga."

Selama di meja makan, kami tak banyak bicara, malah lebih sering, saling menatap, dan sesekali diiringi dengan senyum simpul kami berdua yang mengandung makna bebas nan menyebalkan.

"Kamu kenapa sih ketawa-tawa terus sambil ngeliatin aku, Ad?"

"Gak ada apa-apa. Kayak kamu gak ketawa-tawa sambil ngeliatin aku."

"Ya, pastinya aku ketawa-tawa karena mikir kamu sih."

"Kok?"

"Ada deee."

"Gitu, balas dendam?"

"Iya."

"Ok, tunggu pembalasanku lainnya."

"Gak takut! Hehehehhe."

"Eh, Nis, by the way dari tadi aku mau tanya, bunga dari siapa sih? Kok bagus?"

"Dari kamu 'kan?"

"Ihhh, GR kamu, sembarangan ngomong! Tapi bagus bunganya."

"Iya emang bagus, aku suka, tapi gak tau tuh, gak ada nama pengirimnya. Aku takutnya sih dari Ales."

"Kenapa bisa bilang gitu? Kok Ales?"

"Ooopss, aku keceplosan."

"Kenapa Nis, something wrong?"

"Iya sih. He's the reason I went to Bali, and also the reason why I decided to move here."

"Ales? Alasan kamu pergi waktu itu dan pindah ke sini?"

"Iya."

"Why?"

"Awalnya dulu banget, waktu Ales baru aja pacaran sama Madeline, dia belum bisa bedain aku sama Eline. Waktu itu dia lagi nunggu Eline pulang, tiba-tiba aku gak lihat dia lagi nunggu, aku lewat aja di depan dia, dia kira aku itu Eline. Dia meluk aku dari belakang. Dan dia ngerasa salah banget waktu itu, malu juga kayaknya."

"Terus, itu awalnya?"

"Iya, terus kejadian yang hampir sama, keulang. Sebelum aku pergi ke Bali itu. Dia lagi nunggu di dapur. Nunggu Eline yang lagi ngajar anak tetangga. Kami berdua akhirnya makan siang bareng. Nah, pas aku habis ngeletakkin piring di cucian piring, dan balikkin badan, tau-tau dia di belakangku and he kissed me. Dan saat aku ngingetin dia tentang Madeline, dia bilang Madeline gak akan tahu hal ini. Dia bilang ini rahasia aku sama dia."

"What the..."

"Yupe. Sampai sekarang aku belum cerita ke Madeline. Sempet mau cerita, tapi saat aku ngobrol sama dia, dan dia bilang dia akan lebih percaya ke Ales daripada ke aku, jadinya aku belum cerita deh."

"Damn!"

"That's why kemaren aku lebih milih ngambil HPnya Madeline ke parkiran nyusul kamu, pas ngambil kartu, daripada aku harus berdua sama Ales di sini, dan dia itu keliatan banget niat nganterin aku pindah-pindahan, plusssss...tadi pagi dia telpon aku and maksa mau ke sini, tanpa Madeline. Aku bilang aja, aku mau pergi, jalan bego. Terus aku tutup teleponnya."

"You should tell Madeline about it."

"Pasti, Ad. Aku tinggal tunggu waktu tepat aja buat cerita ke dia."

"Jadi Ales dah pernah kissed your lips juga?"

"Unfortunately, yes!"

"Sial, gue keduluan! Hahahahaha."

"Brengsek!! Hahahaha."