09. Kejutan Di Hari Senin

Minggu, 02 November 2008 |

"Heh, Nis. Pulang sama siapa?"

"Belum tau."

"Pulang ama gue ama Eline aja Nis. Pak Wito gak jemput 'kan?"

"Gak siy."

"Terus tadi abis gue ama Eline berangkat, elu ama Kania dianter siapa?"

"Sama bokap dong."

"Ya sudah, sekarang pulang sama gue 'aja yuk."

"No thanks, Les. Gampanglah nanti gue pulang sama siapa. Paling ama Kania naik taksi atau nebeng Kim atau minta anterin Ad."

"Udah janjian sama mereka?"

"Hmmm, 'dah kok."

"Oh, ya 'udah kalo gitu. Sampai ketemu di rumah, Nis."

"Bye."

Terpaksa aku berbohong, mengatakan aku sudah janjian dengan Kim ataupun Ad. Kim memang tadi sudah aku tanyakan, tapi sayangnya ia harus buru-buru menjemput ibunya di suatu tempat. Jadi terpaksa ia menolak aku yang meminta untuk nebeng.

"Dek, kamu di mana sekarang?"

"Kantin, Nis. Kita pulang sama siapa? Gak bareng Eline sama Ales aja?"

"Gak usahlah, kita pulang sendiri aja. Gampang. Ya 'udah aku ke sana ya."

Saat berjalan sendirian di koridor sekolah menuju kantin, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk punggungku.

"Hai, kok sendirian?"

"Ad, where have you been? Kenapa tadi tiba-tiba ngilang di tengah pelajaran terakhir?"

"Saya dipanggil kepala sekolah."

"Ada apa?"

"About this proposal."

"Oh, jadinya kapan acaranya diadain?"

"November sampai Desember tengah. Selesai sebelum libur akhir tahun."

"Ada apa aja?"

"Rencananya ada kompetisi olah raga, seni, terus pas weekend kita ngajar anak panti dan anak jalanan di sini. Terus terakhir semuanya ditutup gelar bazar murah. Kita bakal nyewa tempat di daerah Bintaro gitu."

"Seru juga tuch. Berapa sekolah yang diundang?"

"Banyak kok."

"Terus yang ngajar anak-anak itu siapa?"

"Sekolah yang ikut kompetisi-kompetisi itu wajib mengirimkan wakilnya untuk ngajar."

"Wah. Pasti rame acaranya."

"Hopefully."

Beberapa detik kemudian mulut kami berdua terkunci, setelah obrolan tentang acara dua tahunan sekolah kami itu selesai. Kakiku masih melangkah menuju kantin, tempat aku dan Kania akan bertemu. Tak lama kemudian, aku dikejutkan satu hal lagi dari Ad. Tanpa mengatakan apapun sebelumnya. Ad menggandeng tanganku. Sontak aku melihat ke arahnya. Kaki ini tak berhenti melangkah. Aku yakin, Ad tahu benar bahwa saat itu aku sedang menatap wajahnya yang tetap melihat ke arah depan. Mungkin ia pun risih. Akhirnya ia menolehkan kepalanya ke kiri, menatap mataku, dan ia hanya memperlebar senyumannya. Tanpa sepatah kata pun. Berbunga aku dibuatnya. Tak tahu apa yang harus aku katakan, apa yang harus aku lakukan. Yang jelas, tangan ini masih menyatu dengan tangannya. Sampai kami berdua tiba di kantin dan bertemu Kania. Aku masih diam seribu kata. Hingga...

"Kan, pulang yuk, bareng saya dan Nisya."

"Kamu antar kami Ad?"

"Iya, kamu berdua lagi tidak ada latihan berenang 'kan?"

"Gak, males, lagi ga ada Pak Wito."

"Eh, Ad, sebentar ya, saya mau bayar minuman ini dulu."

"Okay."

Kembali hanya kami berdua. Tetap terdiam. Sampai kami berdua melihat Kania berjalan kembali ke arah kami, setelah membayar minuman. Dan ia membisikkan sesuatu padaku.

"Nis, everything is going to be okay. I'm here for you."

"Thanks."

Kania pun dengan wajah dan senyum lugunya datang menghampiri kami berdua. 

"Ayo, pulang, atau kita jalan-jalan dulu?"

1 komentar:

PoLArbEAr mengatakan...

cha, waiting for the next chapter...gi sibuk banget yah :D